Dialog Terakhir
“Berkisah tentang Renita yang dilema
karena sudah memiliki pacar, tapi jatuh cinta pada Yuka si barista tampan di
kedai kopi langganannya.”
Saat membaca
sinopsis dari project movie series yang akan digarap, Ken hanya bisa menghela
nafas. Kasian banget pacarnya, keluhnya dalam hati lalu kembali berusaha
konsentrasi pada arahan sutradara dan proses reading. Posisinya sebagai script continuity memang menuntutnya agar paham alur ceritanya. Dan cerita yang miris itu tentu belum cukup
membuatnya meringis, karena kali ini, Ia harus satu tim dengan dua orang yang
mati-matian dihindarinya.
Kennedy
Putri, gadis bernama bule dengan tampang lokal itu memandang dua cowok
dihadapannya, lalu menghela nafas. Berkat Rega dan Daniel, proses reading kali
ini bagaikan angin lewat. Dan dengan
pandangan yang masih jatuh pada keduanya, Ken melamun.
Memorinya terlempar
kembali ke masa itu.
Ken
senang bukan main saat tau dirinya bisa bekerja di tempat yang sama dengan Daniel.
Sejak masa kuliah dirinya memang sudah tertarik pada cowok cheesy yang terkenal
jahil dan mudah tertawa itu. Dan hampir semuanya berjalan lancar karena mereka
berdua bahkan masuk ke divisi yang sama. Meskipun Daniel tak tau perihal
perasannya, Ken sudah cukup senang mengingat dirinya adalah orang yang paling
dekat dengan Daniel.
Namun tentu saja
perjalanannya tak semulus itu. Selang beberapa bulan, Ken masih jalan ditempat,
Daniel mungkin tak sepeka itu untuk tau bahwa Ken menyukainya hanya lewat
perhatian.
Di sisi
lain, Ken cukup peka untuk tak menyadari jika teman satu divisinya, Rega, juga
kerap kali menaruh perhatian padanya. Ditambah lagi belakangan ini Ken lebih
sering berada di tim yang sama dengan Rega ketimbang Daniel. Perasaannya masih
ada untuk Daniel, namun Ken tak bisa bohong jika dirinya tak baper
terus-menerus diperhatikan dan diperlakukan khusus oleh Rega. Bahkan ada satu
hari dimana Ia akhirnya lebih menunggu pesan dari Rega dan lebih senang bertemu
dengan Rega daripada Daniel.
Soal cinta-cintaan, Ken
mengaku payah, tapi untuk pertama kalinya dalam 25 tahun hidupnya, Ia merasakan
yang namanya dilema. Karena tak tau harus bagaimana, Ken memutuskan untuk
menceritakan maslahnya pada Ara, senior di divisinya yang terbilang cukup akrab
dengannya. Saat bebas project, Ia langsung menemui Ara untuk sesi curhat. Tapi siapa
sangka, Ken menceritakan semuanya pada Ara secara gamblang bahwa Ia menyukai
dua orang. Bahkan Ken langsung menyebutkan nama Daniel dan Rega tanpa sensor.
Ditengah sesi
curhatannya, tiba-tiba Ken mendengar suara pintu diketuk dari balik
punggungnya. Dan saat menoleh, Ia mendapati Daniel dan Rega berdiri
berdampingan diambang pintu. Rega dengan tatapan sulit ditebak, dan Daniel
dengan senyuman khasnya yang tak Ken mengerti. Satu kata untuk Ken. Sukses!. Ia
sukses mengungkapkan perasannaya pada dua cowok sekligus.
Malu bukan main, rasanya
Ken ingin tenggelam saja ke dasar samudra. Sejak hari pengakuan tak disengaja
itu, kepalanya hanya dipenuhi dengan bagaimana cara menghindari mereka. Tapi
Ken cukup beruntung untuk kabur dari momen memalukan itu, karena dalam
project-project selanjutnya Ia tak pernah satu tim baik dengan Rega maupun
Daniel.
Dan hari ini, rupanya
keberuntungan Ken habis. Ken bahkan langsung dipertemukan dengan keduanya.
“Ken!!”
Sebuah
suara mengintrupsi Ken dari lamunannya.
Ia sedikit terjengat dan mendapati
dirinya sedang duduk diruang meeting untuk reading, bayangan Daniel dan Rega
kini tergantikan dengan raut kesal Dika yang tengah bertolak pinggang.
“Gue tau cowok di depan lo itu ganteng, tapi bisa kali
fokus dulu sama reading nya. Tugas lo itu juga penting loh,”
Begitu
Dika selesai bicara, semua orang diruangan mulai dari kru sampai tallent
terkekah geli kearahnya.
“Iya bang,” jawab Ken lirih menahan malu dan berusaha
menyembunyikan wajahnya dibalik kertas naskah. Sudah jatuh, tertimpa tangga
pula. Ken hanya bisa merutuk dalam hati.
“sial!!”
____
Hari-hari
pertama shooting memang terasa canggung, ditambah soal kejadian saat reading. Apalagi,
situasi kali ini berbera karena mereka kini tau perasaan Ken. Dan yang membuat
Ken makin frustasi, keduanya bersikap seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa,
padahal Ken sedang dilema berkelanjutan. Baik Daniel maupun Rega masih tetap memberikan
perhatian-perhatian kecil yang membuat hatinya makin jungkir balik.
Tapi Ken tak tinggal
diam. Ia tak mau tugasnya kacau hanya karena masalah sepele akibat
kecerobohannya sendiri. Sebaik mungkin Ken berusaha mengatasi hal itu meski
caranya adalah dengan menghindar seperti pengecut. Setidaknya cara itu berhasil
hingga beberapa minggu belakangan ini.
Shooting masih berlanjut
dan memasuki episode klimaks. Tugasnya jadi makin intens dari sebelumnya
membuat waktu Ken untuk memikirkan hal yang tak penting jadi berkurang. Seperti
hari ini, bahkan saat break makan siang, Ken masih bersama Dika untuk pengarahan
adegan yang harus dibidik. Selesainya, Ken jadi malas makan dan memilih
bersantai di gazebo.
Namun seperti tak bisa
melihat Ken senang sedikit, waktu santai nya terganggu karena dua makhluk Tuhan
yang paling rese menghampirinya di waktu yang bersamaan. Daniel membawa soda
favorinya sementara Rega muncul dengan box makan siang ditangannya.
“Ya Tuhan... Ken hanya ingin hidup tenang,” Rengeknya dalam hati.
Detik
itu juga, do’anya terkabul.
“Monitor, Ken.. bisa ke lokasi sebentar? Ken..”
Tanpa
pikir panjang Ken meraih HT nya dan langsung menjawab, bibirnya merangkai kata “gue
duluan” tanpa suara pada Daniel dan Rega, lalu pergi dengan riang.
“Thank’s Bang Dika, you are my superman!”
Begitu
sampai di lokasi, Dika langsung memberi arahan untuk scene terakhir hari ini.
untuk yang satu itu Ken harus super fokus, sedari tadi Dika sudah mewanti-wanti
agar dirinya mendapatkan gambar dengan ekspresi tallent paling bagus. Begitu clap
on di bunyikan, Ken langsug beraksi dengan kameranya. Sesuai arahan Dika,
detail ekspresi tallent sangat penting, dan dalam beberapa kali take, Ken mulai
memperhatikan dialognya. Dan dialog terakhirnya sukses mebuat Ken tertegun.
Shooting
selesai dan Ken mendapat libur untuk dua hari kedepan. Dialog terakhir tadi
masih menari-nari di telinganya, membuatnya dirinya teringat akan situasi yang
Ia hadapi saat ini. Sepertinya libur shooting pun percuma jika masih memikirkan
masalah yang satu itu.
____
Ken
masih di rumah, dirinya harus berangkat ke lokasi shooting sore ini. Namun
bukannya bersiap, Ia malah sibuk menatap langit-langit kamarnya. Kepalanya penuh
dengan dialog terakhir kemarin setelah
mendapat pesan dari Rega. Dan menit berikutnya Ken menyadari sesuatu.
Dengan
mantap Ken membalas pesan Rega. Berikutnya Ia mengirim pesan berisi dialog
terakhir pada Daniel, lalu bersiap untuk berangkat ke lokasi.
Tiba di
lokasi Ken langsung mencari seseorang, dan tanpa perlu repot Ken langsung tau dimana
dia berada dari suara tawanya.
“Dasar cheesy, apa-apa diketawain,” gumam Ken begitu
melihat sosok yang Ia cari sedang bercanda dengan para kru dan tallent yang ada.
Tiba-tiba jantunya berdebar, rasanya Ken seperti jatuh cinta lagi.
“Danie!!” panggilnya.
Daniel yang terpanggil
menoleh, melihat Ken yang hanya diam Ia langsung memisahkan diri dan
menghampiri Ken.
“Tumben manggil, udah capek ngehindar terus?” tanya
Daniel dengan nada sewot sedangkan Ken hanya terkekah.
“Ya gitu. Libur dua hari doang gimana?”
Daniel
membuka gedgetnya lalu memperlihatkan pesan yang Ken kirim.
“Jika kamu mencintai dua hati, pilih yang kedua. Karena
jika kamu benar-benar mencintai yang pertama, tak akan pernah ada yang kedua”
“Gue sih libur dua hari juga hepi, gara-gara dialog itu gue
jadi mikir. Tapi karna ngga ngerti, gue tanya langsung aja ke tallentnya”
“Trus sekarang udah ngerti?”
“Udah” jawab Daniel mantap. “Jadi siapa yang pertama?”
lanjutnya.
“lo” Ken langsung menjawab.
Daniel
diam sebentar sebelum kembali bertanya, “Jadi lo milih Rega?”
“Nggak” jawab ken lebih mantap dan lebih tegas dari
sebelumnya, sementara Daniel mengeryit bingung. “Karna ngga ada yang kedua”
imbuh Ken.
Jawaban
itu sukses membuat Daniel tersenyum sambil menatap Ken lekat lalu menghela nafas
lega.
“Ken, pacaran yuk?”
Mendengar
ajakan yang tiba-tiba itu Ken langsung tertawa.
Dan begitulah Ken
meyadari, cowok yang Ia suka hanya satu. Daniel, spesies langka yang sedang
duduk di depannya yang tak pernah Ia temui dimanapun. Soal Rega, itu hanya
bagian dari intermezo kisah cintanya.
Sementara di sisi lain,
Rega yang terlebih dahulu mengirim pesan yang berisi dialog terakhir akhirnya
membaca balasan pesan dari Ken. Dan sekali baca, Ia langsung tau maksudnya.
“sorry Ga, tapi nggak ada yang kedua buat gue”
-The end-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar